REFLEKSI DIRI 

MODUL 1.1 DAN MODUL 1.2 

Oleh: Sri Hartat, M.Pd.

(CGP Angkatan 6 dari SMKN 1 Pandeglang)

Fasilitator: I Nengah Edi Imawan


Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara

Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak, agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagaimanusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Peran pendidik diibaratkan seorang petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanam-tanamannya, agar tumbuh dan berbuah dengan baik. Tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuannya. Artinya, seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda.

Momen Paling Penting,Menantang, dan Mencerahkan 

Mempelajari modul 1.1 dan 1.2 semakin membuat saya tertantang untuk melakukan sebuah perubahan baik di kelas atau di sekolah. Sebagai pendidik, saya harus terbuka dengan berbagai kemajuan untuk meningkatkan kualitas diri saya pribadi. Sebelumnya saya selalu melakukan pembelajaran dengan menempatkan saya sebagai subjek. Anak selalu saya suapin, akibatnya anak menjadi tidak mandiri dan kurang kreatif. Anak terpaku dan terkungkung pada materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, saya selalu beranggapan bahwa anak yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu adalah anak yang malas dan tidak patuh terhadap guru. 

Setelah mempelajari modul 1.1 dan 1.2 pola pikir saya dalam mengajar menjadi banyak berubah. Walaupun pada awalnya terasa cukup sulit, tetapi dengan semangat yang kuat akhirnya saya mampu melakukan perubahan pada diri saya. Sekarang proses belajar mengajar berpihak pada anak dengan menempatkan anak sebagai subjek pembelajaran. Anak diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing di bawah bimbingan guru. Proses belajar mengajar yang berpihak pada siswa justru memudahkan saya dalam mengajar. Saya terbantu dengan anak-anak yang kreatif, mandiri, dan penuh inovasi. Selain itu, siswa bisa menjadi tutor sebaya di kelasnya dan itu sangat membantu saya. Sebagai guru saya juga tidak boleh terburu-buru memberikan penilaian kepada anak. Oleh karena itu, saya melakukan kunjungan ke beberapa siswa yang bermasalah dalam belajarnya. Saya mencoba mengomunikasikan dengan orang tua dan siswa di rumah masing-masing. Sungguh pengalaman luar biasa berkunjung ke rumah anak yang boleh dikatakan rumahnya cukup jauh dari perkotaan. Berbagai kendala mereka hadapi, mulai dari tidak adanya jaringan, tidak ada kuota internet, atau tidak memiliki gawai. 

Mengetahui berbagai kendala tersebut akhirnya saya tahu tidak semua anak yang mengumpulkan tugas terlambat, karena malas belajar. Saya mencoba menawarkan solusi dengan mengajak siswa untuk belajar di sekolah dengan saya di ruang laboratorium sekolah (saat pembelajaran daring). Semua persoalan bisa saya selesaikan dan siswa kembali belajar dengan baik.

Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk konkret manifestasi, pelaksanaan, aktualisasi, pengejawantahan, dan penjelmaan bentuk ideal dari pelajar Indonesia. Rule model yang diharapkan memiliki kompetensi menyeluruh , eksis di ranah global tanpa meninggalkan ciri budaya serta kearifan lokal. Memiliki karakter terpuji, berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan target dari pelaksanaan program guru penggerak. Guru penggerak harus mampu membentuk siswa memiliki keinginan belajar sepanjang hayat. Untuk itu, guru penggerak harus dapat memberikan pendidikan yang holistik, mampu mendorong tumbuh kembang anak. 

Guru penggerak juga harus mampu menjadi mentor bagi rekan-rekan seprofesinya yang bukan guru penggerak dengan membuat ekosistem yang berdaya dan selalu berbagi praktik baik. Sebagi guru penggerak harus paham beragam kompetensi utamanya yaitu sebagai pemimpin pembelajaran, pengembangan diri dan orang lain, managemen kepemimpinan sekolah, juga pemimpin pengembangan sekolah. Guru penggerak juga harus paham nilai-nilai yang melekat pada dirinya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada siswa. 

Peran yang sering saya lakukan di kelas adalah "Mewujudkan Kepemimpinan", yakni mendorong anak agar timbul keberanian, percaya diri, mandiri, dan kreatif untuk tampil di depan kelas. Saya berharap dengan memunculkan jiwa kepemimpinan, akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar sekaligus sebagai salah satu pembentukan karakter baik bagi siswa di kelas dan sekolah. Contoh dalam pembelajaran, saya mewajibkan siswa untuk tampil di depan kelas sebelum pembelajaran dimulai dengan memberikan penyegaran terlebih dahulu (ice breaking) secara bergiliran. Siswa belajar memimpin rekan sekelasnya, berlatih berbicara dan juga berlatih menyampaikan ide mengenai ice breaking yang akan ditampilkan. Saya juga selalu membiasakan siswa untuk mengawali kegiatan dengan berdoa. Salah satu siswa berlatih memimpin doa  sebagai bentuk tanggung jawab kecil dalam kelasnya.

Peran saya yang lain adalah "Menggerakkan Komunitas Praktisi". Sebagai salah satu pengurus MGMP Bahasa Indonesia, saya berusaha membagikan ilmu yang sudah saya terima kepada rekan-rekan seprofesi baik di sekolah saya maupun di sekolah lain. Saya juga membantu rekan-rekan saya yang kesulitan dalam membuat administrasi guru terutama perubahan administrasi dari Silabus dan RPP menjadi Capaian Pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran dan Modul Ajar. Melalui forum ini, diharapkan mampu menjadi tempat berbagi praktik baik antarsesama guru.

Saya juga mulai memadukan model pembelajaran dengan permainan budaya lokal. Contohnya ketika saya mengajar materi teks laporan hasil observasi, saya mencoba mengolaborasikan dengan permainan petak umpet. Ternyata pembelajaran menjadi semakin menarik. Siswa tidak merasakan bosan dan mengantuk. 

Mandiri

Menurut saya mandiri berarti kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil inisiatif. Selain itu, anak mencoba mengatasi masalah tanpa meminta bantuan orang lain, berusaha mengarahkan tingakh laku menuju kesempurnaan.

Reflektif merupakan kemampuan untjuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan sebelumnya. Ketika saya menyelesaikan suatu aksi, saya akan mencatat dan memahami serta mengendapkan hal positif untuk bisa ditingkatkan dan menyimpan hal negatif untuk saya kurangi. Keduanya sebagai sarana menjadikan diri lebih baik setiap waktu. Semua yang terjadi tidak dibiarkan berlalu begitu saja, tetapi selalu ada pelajaran yang dapat saya ambil positifnya. 

Kolaborasi

Merupakan sikap saling ketergantungan secara positif dibarengi tanggung jawab setiap individu, kerja sama, serta keterampilan komunikasi personal. 

Contoh perilaku yang bisa dilakukan oleh guru penggerak terkait nilai kolaborasi adalah bersama-sama guru lain mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa, baik permasalahn akademik maupun nonakademik. 

Ada seorang siswa yang aktif mengikuti suatu perlombaan. Dalam mempersiapkan diri, pembimbing selalu mengambil beberapa jam belajar untuk berlatih bersama siswa tersebut. Namun, ada beberapa guru yang tidak menyukai hal ini. Akibatnya, ketika tiba pada penilaian akhir, siswa tersebut mendapatkan nilai akademik yang sangat buruk. Walaupun siswa tersebut menjadi juara dalam perlombaan. Sebagai rekan sejawat dan juga sebagai guru, saya berusaha membantu memberikan solusi dengan melakukan pendekatan kepada rekan saya yang tidak memberikan nilai lulius kepada siswa tersebut. Berbagai alasan logis saya kemukakan, agar siswa tersebut diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai akademiknya. Melalui pembicaraan yang cukup alot, akhirnya berhasil memberikan pengertian kepada rekan saya. Siswa tersebut naik dengan nilai cukup memuaskan.

Inovatif

Sebagai guru penggerak, harus terbuka dengan perubahan, kreatif dan selalu mampu menemukan ide baru serta mampu memodifikasi  dalam setiap pembelajaran. Contoh: saya ingin pelajaran bahasa Indonesia menarik dan tidak membosankan. Sebagai guru bahasa Indonesia, saya mengajak siswa  belajar dengan memadukan permainan daerah sebagai metode pembelajarannya. Ternyata siswa lebih senang, karena tidak merasa menjadi sebuah beban. Siswa tidak lagi sering melihat jam dinding, karena berharap jam belajar segera usai. Pada pembelajaran teks prosedur saya mencoba menggunakan permainan petak umpet sebagai metode pembelajarannya. Siswa merasa asyik dan bahagia mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, menjadi guru penggerak juga harus mampu masuk ke dunia siswa. Salah satu contohnya dengan berbagi materi pembelajaran melalui aplikasi tiktok. Mungkin di sebagian guru masih alergi dengan aplikasi ini. Namun sebagai guru, saya melihat perkembangan yang sekarang sedang diminati siswa, salah satunya tiktok. Saya yakin, dengan saya bisa masuk ke dunia mereka, akan memudahkan mereka menerima materi pelajaran saya.

Sebuah proses menjadi guru penggerak bukan tidak kendala. Kendala selalu ada, baik dari rekan sejawat maupun dari lingkungan. Contoh kecilnya ketika saya berada di kelas penuh selama 4 jam pelajaran. Tiba-tiba salah seorang rekan saya mengatakan,"Bu, jangan rajin-rajin mengajarnya". Hal ini merupakan salah satu contoh hambatan saya di sekolah. Namun, saya berusaha membicarakan dengan kepala dingin dan hati hangat. Kemudian dibangun komunikasi yang baik mengenai tugas dan tanggung jawab kita sebagai guru bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi dengan penuh ketulusan hati mendidik dan membimbing anak menuju merdeka belajar. 

Memulai dari diri melakukan perubahan, memberikan contoh dengan menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kegiatan sehari-hari adalah target saya. Saya sangat berharap adanya perubahan yang terjadi baik dalam proses pembelajaran maupun  karakter siswa dan guru. Dengan adanya perubahan, akan membuka pikiran, mengubah cara pandang, dan wawasan guru menjadi lebih baik lagi. Satu lagi, kuatkan doa kepada Sang Khalik sebagai pemilik alam semesta ini. 


Terima kasih

Semoga bermanfaat. 



Komentar